Seminar Inspiratif dari Bang Ahmad Fuadi

Foto Bersama Bang Ahmad Fuadi (Penulis Novel Negeri Lima Menara dan Ranah Tiga Warna)

Hari minggu yang lalu (18/12), saya, Ridwan, dan Eros (teman di FH Undip) mengikuti acara seminar 'Meraih Mimpi' dari BEM FT Undip yang diadakan di Gedung Prof.Sudarto, SH Kampus Undip Tembalang.

Acaranya menghadirkan pembicara yaitu penulis: Bang Ahmad Fuadi (@fuadi1). Seminarnya asyik dan inspiratif. Bang Fuadi menceritakan perjalanan hidupnya yan tertuang dalam kisah novel Negeri Lima Menara dan Ranah Tiga Warna. Bang Fuadi juga memberikan tips -tips kepada hadirin tentang mendapatkan beasiswa ke luar negeri.

Perjalanan hidup Bang Fuadi saat berkuliah di HI Unpad itu inspiratif sekali bagi saya (bisa dibaca dalam tokoh Alif di Novel Ranah Tiga Warna). Dia mendapatkan cobaan saat kuliah ketika ayahnya meninggal dunia. Lantas, hal itu tidak membuat dia berputus asa. Dia memutuskan untuk kuliah sambil berdagang, tetapi tidak diteruskan. Akhirnya dia lebih memilih dunia tulis-menulis untuk dikirim ke media agar dapat survive dan tetap bisa kuliah di kota Bandung. Saat kuliah, Bang Fuadi juga pernah mengikuti program ke Kanada selama setahun. Beberapa beasiswa luar negeri juga pernah didapatkannya.

Kisah perjalanan hidup Bang Fuadi itu bisa memacu semangat mahasiswa agar tidak menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja, tetapi punya prestasi. Amin. :))

Inti semangat yang dibawa oleh Bang Fuadi lewat motivasi dan buku-nya adalah: Usaha yang sangat  (jangan menyerah pada keterbatasan), doa yang tulus, bersabar, dan berserah diri kepada Allah SWT untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Dua pepatah Arab yang terdapat di dalam novel Bang Fuadi: Man Jadda Wa Jada yang artinya siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil dan Man Shabara Zafira: siapa yang bersabar akan beruntung. Kedua "mantra" tersebut juga spirit untuk meraih mimpi; pesan dari novel Negeri Lima Menara dan Ranah Tiga Warna.

Selamat hari minggu. Tetap semangat untuk meraih cita-cita dan mimpi kita.

Semoga kedamaian dan keberkahan tetap tercurahkan untuk kita semua.


Husni Mubarak

Semarang, 25 Desember 2011.

Desember (Efek Rumah Kaca)




Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi dibalik awan hitam         
Semoga ada yang menerangi sisi gelap ini                                   
Menanti, seperti pelangi setia menunggu hujan reda

Aku selalu suka sehabis hujan di bulan Desember                        
Hujan di Bulan Desember

Sampai nanti ketika hujan tak lagi                                         
meneteskan duka meretas luka                                             
Sampai hujan memulihkan luka


(Efek Rumah Kaca - Desember)


'Desember' merupakan salah satu lagu favorit saya baik dari konteks band Efek Rumah Kaca (ERK) maupun lokal Indonesia. Pertama kali mendengarkan lagu ini kira-kira tiga tahun yang lalu saat saya masih kelas X SMA. Saya tak pernah bosan mendengarkan lagu ini berulang-ulang. Saat ini bulan Desember dan memasuki musim hujan, sehingga 'Desember' adalah lagu "wajib" untuk didengarkan (menjadi playlist utama saya).


Berbicara tentang lagu, tentu kita juga harus membicarakan makna dibalik lagu tersebut. Menurut interpretasi saya, 'Desember' ini bermakna kesetiaan.
Makna-makna dari banyak lagu ERK memang cenderung implisit dengan gaya bahasa kiasan. Jadi, pendengar diajak untuk berfikir sejenak untuk memahami makna sebuah lagu.


'Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi                                     
Dibalik awan hitam'


Kembali ke 'Desember', lagu ini menceritakan tentang seseorang yang termenung di kala hujan, lalu memandangi pelangi setelah hujan reda. Desember itu adalah bulan dimana musim hujan telah tiba. Hujan terkadang bisa memberikan kesejukan; terkadang pula memberikan luka. 


'Semoga ada yang menerangi sisi gelap ini                                   
Menanti, seperti pelangi setia menunggu hujan reda'


Seseorang tersebut juga mengharapkan "cahaya" terang yang mampu untuk mengobati sisi gelap dari dirinya. Dia berharap ada yang menemani dengan setia disaat dia terjatuh maupun bangkit dari kehidupannya. Pelangi dan hujan adalah metafora dari makna kesetiaan.


'Aku selalu suka sehabis hujan di bulan Desember                         
Hujan di Bulan Desember'

Semenjak ERK meluncurkan lagu ini di dalam album pertamanya (self titled), saya selalu menantikan hujan di bulan Desember. Merindukan atmosfer hujan yang sejuk, juga rindu untuk mendengarkan dan juga menyanyikan lagu ini.


'Desember' itu juga memberikan kenangan sendiri untuk saya, hampir setiap saya menyaksikan gigs ERK, mereka selalu membawakan lagu ini. Namun, ada satu momen yang tidak bisa saya lupakan: 2 tahun silam, tepatnya tanggal 5 Desember 2009 saya bertemu dengan seseorang (yang dulu pernah dekat dengan saya) di acara Green Festival 2009, ERK manggung di acara tersebut dan menyanyikan lagu 'Desember'. Kebetulan kami berdua suka dengan ERK. Ah sudahlah, itu hanya kenangan. :)


Mungkin ini saja yang bisa saya tulis dalam posting-an blog kali ini: mencoba untuk meng-interpretasi secara singkat (sekali) lagu 'Desember'. Butuh waktu yang lama bagi saya untuk menulis hal ini karena sangat sukar sekali menulis tentang sebuah lagu dari band cerdas asal Jakarta ini. Saya prediksi, sepuluh tahun mendatang lagu 'Desember' ini bisa menjadi legenda seperti halnya lagu 'September Ceria' milik James. F Sundah yang dipopulerkan oleh Vina Panduwinata.


Selamat bulan Desember. Walaupun hujan sering turun akhir-akhir ini, mari tetap kita nikmati bulan ini.


'Sampai nanti ketika hujan tak lagi                     
meneteskan duka meretas luka                               
Sampai hujan memulihkan luka'


Semoga, hujan dapat memulihkan luka bagi orang-orang yang sedang dirundung kegalauan di bulan ini untuk tetap optimis dan berkarya secara dinamis. :D


Husni Mubarak

di Semarang, 9 Desember 2011 
Pukul 19.39 WIB

Pendidikan Berbasis Karakter

Oleh Oong Komar

KOMPAS.com - Dalam kajian pendidikan dikenal sejumlah ranah pendidikan, seperti pendidikan intelek, pendidikan keterampilan, pendidikan sikap, dan pendidikan karakter (watak). Pendidikan karakter berkenaan dengan psikis individu, di antaranya segi keinginan/nafsu, motif, dan dorongan berbuat.

Pendidikan karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian, tanggung jawab, kebenaran, keindahan, kebaikan, dan keimanan. Dengan demikian, pendidikan berbasis karakter dapat mengintegrasikan informasi yang diperolehnya selama dalam pendidikan untuk dijadikan pandangan hidup yang berguna bagi upaya penanggulangan persoalan hidupnya.

Pendidikan berbasis karakter akan menunjukkan jati dirinya sebagai manusia yang sadar diri sebagai makhluk, manusia, warga negara, dan pria atau wanita. Kesadaran itu dijadikan ukuran martabat dirinya sehingga berpikir obyektif, terbuka, dan kritis, serta memiliki harga diri yang tidak mudah memperjualbelikan. Sosok dirinya tampak memiliki integritas, kejujuran, kreativitas, dan perbuatannya menunjukkan produktivitas.

Selain itu, tidak hanya menyadari apa tugasnya dan bagaimana mengambil sikap terhadap berbagai jenis situasi permasalahan, tetapi juga akan menghadapi kehidupan dengan penuh kesadaran, peka terhadap nilai keramahan sosial, dan dapat bertanggung jawab atas tindakannya.

Pembentukan pribadi

Karena itu, sekolah yang akan mengimplementasikan pendidikan berbasis karakter dapat memikirkan segi-segi sebagai berikut. Pertama, keberhasilan pendidikan berbasis karakter terkait dengan kondisi peserta didik yang landasan keluarganya mengharapkan tercipta iklim kehidupan dengan norma kebaikan dan tanggung jawab. Dengan demikian, fungsi pendidikan berbasis karakter untuk menunjukkan kesadaran normatif peserta didik, seperti berbuat baik dan melaksanakan tanggung jawabnya agar terinternalisasi pada pembentukan pribadi.

Organ manusia yang berfungsi melaksanakan kesadaran normatif ialah hati nurani atau kata hati (conscience). Organ penunjangnya ialah pikiran atau logika. Pendidikan berbasis karakter diprogram untuk upaya kesadaran normatif yang ada pada hati nurani supaya diteruskan kepada pikiran untuk dicari rumusan bentuk perilaku, kemudian ditransfer ke anggota badan pelaksana perbuatan. Contoh, mulut pelaksana perbuatan bicara atau bahasa melalui kata-kata. Maka, sistem mulut memfungsikan kata-kata bersifat logis atau masuk akal. Bahkan, dengan landasan kesadaran norma dan tanggung jawab akan terjadi komunikasi dengan perkataan santun yang jauh dari celaan dan menyakitkan orang lain.

Karena itu, pendekatan proses pembelajaran di sekolah perlu disesuaikan, yaitu dengan menciptakan iklim yang merangsang pikiran peserta didik untuk digunakan sebagai alat observasi dalam mengeksplorasi dunia. Interaksi antara pikiran dan dunia harus memunculkan proses adaptasi, penguasaan dunia, dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Keberhasilan anak menjalani interaksi dengan dunia akan membentuk kemampuan merumuskan cita-citanya. Bahkan, cita-cita itu dijadikan pedoman atau kompas hidup. Dengan pedoman hidup itu ia menentukan arah sekaligus membentuk norma hidupnya.

Kedua, kondisi sekolah dapat menciptakan iklim rasa aman bagi peserta didiknya (joyful learning). Jika peserta didik tidak merasa aman, seperti merasa jiwa tergoncang, cemas, atau frustrasi akibat mendapatkan pengalaman kurang baik dari sekolah, maka ia tidak akan dapat menanggapi upaya pendidikan dari sekolahnya. Bahkan, ia acap kali merespons upaya pendidikan dengan bentuk protes atau agresi terhadap lingkungannya. Peserta didik yang cerdas sekalipun, dengan merasa kurang aman, acap kali konflik dengan lingkungan yang menyulitkan hidup.

Bahkan, upaya mempertahankan hidupnya dengan berbuat tercela, tidak bermoral, tidak bertanggung jawab, dan jahat. Perasaan aman hidup atau perasaan yang tidak diliputi kecemasan di sekolah hanya mungkin bila suasana sekolah mencintai anak dengan menciptakan iklim keterbukaan, mesra, bahagia, gembira, dan ceria.
Dengan demikian, iklim tersebut akan mampu membuka kata hati peserta didik, baik di sekolah maupun ketika menghadapi dunia masyarakat. Kehidupan nyata dianggap sebagai obyek yang menarik minat dengan kegairahan hidup dan penuh perhatian yang merangsang pikirannya.

Ketiga, kebijakan sekolah dalam merumuskan bahan belajar pendidikan berbasis karakter diorientasikan ke masa depan, yaitu menggambarkan indikasi bentuk baru nilai-nilai peradaban masyarakat. Dasar pertimbangannya adalah (1) proses pembangunan berkonsekuensi terhadap perubahan bentuk baru nilai-nilai kebiasaan hidup masyarakat, (2) pendidikan berbasis karakter harus berperan sebagai pengimbang akibat sampingan proses pembangunan.

Indikator bentuk baru nilai-nilai peradaban masyarakat dimisalkan mengambil rumusan dari hasil pengamatan kehidupan kota yang mengalami pembangunan pesat dan menimbulkan urbanisasi sehingga di kota tercipta pusat permukiman pendatang baru yang seolah terputus dari akar sosial budaya sebelumnya. Permukiman kota yang penuh sesak menimbulkan suasana kehidupan yang mencekam dari kekhawatiran terjadinya instabilitas sosial.

Jurang perbedaan

Selain itu, rumusan didapat dari hasil pengamatan suasana keluarga dalam menghadapi tata kehidupan baru, apakah mengambil sikap bertahan dengan kebiasaan hidup sebelumnya, ataukah meninggalkan dan mengganti kebiasaan hidup sebelumnya (permisif), sementara keadaan sekitar tidak ikut bertahan. Terutama mengambil sikap mengenai kaitan dengan ekonomi keluarga, pekerjaan, perdagangan, dan kecemburuan sosial.

Bagaimana kondisi keluarga yang tetap bertahan, apakah menjadi terasingkan. Bagaimana pula keluarga yang mengubah kebiasaan lama dengan yang baru, apakah secara psikologis memperoleh kemantapan ataukah kepahitan dan kekacauan hidup.

Paling tidak, pengamatan sepintas menunjukkan akibat sampingan pembangunan yang pesat pada perubahan bentuk kehidupan masyarakat. Yaitu, pembangunan yang menawarkan kesempatan bagi siapa saja yang berkesanggupan sehingga mengakibatkan di satu pihak terdapat sebagian anggota masyarakat yang cakap dan berani mengambil risiko untuk menangkap manfaat penawaran pembangunan dan golongan ini akan maju.

Di pihak lain, ada anggota masyarakat yang lamban bergerak dalam menangkap manfaat dan golongan ini akan semakin tertinggal. Hasil akhir antara yang cakap dan lamban menyebabkan munculnya jurang perbedaan kepemilikan materi yang mudah diisukan sebagai pelanggaran asas keadilan.

Jurang perbedaan kemajuan sisi materi yang dipahami secara sempit mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai masyarakat. Yaitu, menguatnya arus bentuk baru kehidupan masyarakat seperti nilai materi dan hara-hura serta tampak memudar budaya santun, malu, kekeluargaan, kejujuran, toleransi, kebersamaan, kesetiakawanan, dan gotong royong.

Penulis adalah Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia

Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2010/11/25/11403661/Pendidikan.Berbasis.Karakter.

*Postingan blog ini sebagai bahan pembelajaran les komputer

Akhir Pekan di Semarang: Awal bulan Desember



Tidak terasa saya sudah tinggal di Semarang kurang lebih selama tiga bulan lamanya. Ada perasaan senang bisa tinggal dengan nuansa baru di kota yang baru. Namun, sejujurnya saya masih teringat kepada Jakarta dan kenangan-kenangan yang telah berlalu. Jakarta masih sangat melekat di hati saya. Rindu sekali saya akan kota tersebut dan kemungkinan bulan Januari 2012 nanti Insya Allah baru akan menginjakkan kaki ke kota Jakarta lagi untuk liburan kuliah.

Tiga di bulan di Semarang melewati beberapa akhir pekan. Akhir pekan saya disini biasanya diisi dengan latihan basket (kalo sedang tidak malas) di kampus Undip Pleburan setiap hari jumat sore dan sabtu malam. Jika ada acara musik yang saya suka, kemungkinan akhir pekan saya "dihabiskan" untuk menonton konser seperti: Efek Rumah Kaca kurang lebih sebulan yang lalu di Pensi SMA 3 Semarang atau Jazz Traffic Festival yang baru digelar beberapa minggu yang lalu. FYI: Jazz Traffic Festival itu acara Jazz pertama di kota Semarang. Musisi-nya keren-keren ada Balawan, Fariz RM, dan tiga orang "gila" yang tergabung dalam Trio Ligro --salah satu personilnya itu Gusti Hendy dari GIGI band--. Edan musiknya yang saya sebutkan terakhir. hehe

Oke saya mau cerita tentang akhir pekan saya kali ini, Jumat malam yang lalu saya enggak latihan basket (lagi), saya memilih untuk menonton pentas Unit Kesenian Jawa Undip di Gedung Prof. Sudarto, SH Tembalang. Ternyata yang ditampilkan adalah kesenian tari tradisional dari keraton Surakarta dan Yogyakarta. Seni yang paling saya kurang minati itu tari. Yasudah, selama pertunjukan berlangsung saya ngantuk sekali melihat tari jawa yang lemah gemulai. Untungnya, masih ada musik pengiring yaitu alunan gamelan yang syahdu. Masih cocok saya dengan musik. :)

Hari sabtu kemarin benar-benar melelahkan. Seharian berkelana di Semarang dan hujan turun membasahi bumi ini (dan juga badan saya yang basah karena kehujanan). Bulan Desember memang musimnya hujan. Sabtu pagi bersama teman-teman saya satu kelas: Dandia, Ridwan, dan Eros iseng-iseng datang ke Distro Clothing Expo di gedung Admiral.




Setelah itu saya mau cari CD musik dan kaos Efek Rumah Kaca 'Desember' yang akhirnya didapatkan di daerah Pleburan. Lalu, saya dapatkan juga CD musik "misterius" dari penyanyi asal Bandung yang sekarang "hijrah" ke Jakarta untuk bekerja. Cover CD-nya adalah wajah penyanyi tersebut. Namanya Sir Dandy, dia itu juga vokalis band metal indie Teenage Death Star yang kondang dengan slogan "Fuck Skill, Let's Rock" itu, hahaha. Pokoknya nih album debut Sir Dandy kocak banget isinya, single utama-nya 'Juara Dunia' (Oke nanti akan saya review lengkap album ini) hehehe. Ada lagi lagu keren judulnya: Jakarta Motor City. Sikat John!



Setelah itu, kami ke Lawang Sewu, bertemu dengan salah satu teman bernama Zaki. Dia juga ternyata bersama temannya yang kebetulan datang dari Jakarta dan Jatinangor. Di Lawang Sewu kemarin ada Festival Wisata Kuliner Jawa Tengah. Di Jalan Pemuda (depan Lawang Sewu) juga ada Festival Pandanaran dan pembukaan Semarang Great Sale 2011. Ya kota Semarang sedang banyak festival di bulan Desember: dari buku hingga kuliner. Setelah dari Lawang Sewu, langsung berjalan kaki menuju Gramedia Pemuda, ada pesta buku diskon, dan Alhamdulillah dapat buku bermanfaat dengan harga sangat murah. Prinsip dari anak kosan adalah: mendapatkan barang yang terbaik dengan harga seminimal mungkin. :D



Setelah dari daerah Tugu Muda (Jalan Pemuda), kami kembali pulang ke Tembalang bersama hujan yang menemani. Hujan yang penuh keberkahan. Hujan di bulan Desember yang bagi band Efek Rumah Kaca: mereka selalu suka. Apalagi kalo ada pelangi. hehe

Oiya teman saya si Zaki malam harinya bersama temannya pergi ke Bandung alias Jatinangor, saya enggak tahu dan enggak mau mengetahui juga ngapain dia kesana. Mungkin berlibur atau mungkin melancong atau mungkin ada urusan. Ya masih banyak kemungkinan yang lain sih. hehe. :)

Puncak dari akhir pekan saya alias malam minggu adalah menonton gigs Sheila On 7 (SO7) di Balaikota Semarang, Jalan Pemuda. Tidak ada yang mau menemani saya. Yasudah, sendiri (lagi). Emang nasib nonton (SO7) selalu sendiri. Ini yang kedua kalinya (sebelumnya: baca Java Rockingland 2011). Namun, menonton konser band yang saya suka itu memberikan kepuasan sendiri. Salah satu lagu dari S07 yang dinyanyikan malam itu dan sangat cocok untuk keadaan saya: 'Hujan Turun'. silahkan dengar. :)

Di hari sabtu (3/12) saya harus mondar mandir Tembalang-Semarang Kota dua kali. Sekedar info kembali, kota Semarang itu terbagi menjadi dua daerah utama yaitu Semarang Bawah (dataran rendah) dan Semarang Atas (dataran tinggi). Kampus saya berada di daerah yang saya sebutkan kedua.

Sekian 'ocehan' saya di hari minggu ini. Sudah lama tidak menulis baik untuk blog atau hal-hal yang serius. Alhasil, posting blog yang kurang jelas ini sambil dengerin album Lesson #1 Sir Dandy. Nanti malam jam 12 akhir pekan akan berlalu dan besok itu hari senin. Hari senin itu waktunya kuliah lagi. Hari senin itu bertemu dengan Ilmu Negara dan Pengantar Ilmu Hukum kembali. Hari senin itu upacara bendera bagi anak sekolahan. Hari senin itu orang kantoran bergegas kerja. Saya yakin di Jakarta hari senin itu mulai macet lagi.
Kalo di Semarang jarang macet. 

Walaupun begitu, tetap semangat ya untuk semua dalam menjalanii rutinitasnya kembali. Semoga hari senin besok dan juga minggu ini berjalan dengan baik dan lancar. Sampai bertemu dengan akhir pekan yang akan datang. :D

Ditulis di sebuah kosan daerah Banyumanik, Semarang yang agak dingin.
 4 Desember 2011 pukul 21.40 WIB.

KELAM

Tersungkur aku dimalam yang hitam
Tubuh Layu membeku di taman
Angin berhembus pecahkan malam
Jiwa resah kuat tertanamkan

Ketika sakit kurasakan
Merasa pilu semakin terjatuh

Hitam kelam semakin terbenam
(Jiwa ku terpekat)
Hitam kelam terbias malam
(Hati ku terjerat)

Lampu taman akan segera padam
Pertanda waktu menjelang pagi
Cahaya padam sirna tenggelam
Menyendiri sunyi, terjebak sepi

Aku masih terhanyut di bangku taman
Kegelapan kian mengeruhkan

Gelap malam menjelma menjadi terang
Cahaya terang kan kujelang
Yakinlah kelam kan menghilang
Berharap tak terulang

(Husni Mubarak-26 Februari 2010)

Menjadi Mahasiswa (Baru)

Menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) adalah salah satu impian saya ketika SMA dulu. Alhamdulillah impian saya tersebut terwujud saat ini. Sudah sekitar tiga minggu lebih saya merasakan kehidupan kampus di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (FH  Undip) Semarang. Tiga minggu sudah saya berada di Semarang, menjalani kehidupan dan pengalaman baru, jauh dari orang tua dan keluarga yang berada di Jakarta.  Status saya saat ini bukan lagi sebagai pelajar, melainkan mahasiswa (baru). Tiba-tiba saya teringat perjalanan saya hingga bisa berada di kampus Undip: dari pelajar menuju mahasiswa. Perjalanan yang penuh perjuangan.


Perjalanan saya untuk menjadi mahasiswa baru di FH Undip dimulai ketika saya mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Jakarta tanggal 31 mei dan 1 Juni 2011 silam. Seperti pelajar lainnya, setelah Ujian Nasional (UN) saya mempersiapkan diri untuk menghadapai SNMPTN 2011. Selama sebulan, saya harus belajar intensif di salah satu bimbingan belajar di Jakarta. Setiap hari selama sebulan harus mengerjakan latihan soal, hal ini dilakukan agar cita-cita lulus SNMPTN tercapai. Akhirnya, pengumuman SNMPTN yang ditunggu-tunggu datang juga, tanggal 29 Juni 2011 malam saya sudah mengetahui hasil. Saya dinyatakan lolos seleksi dan diterima menjadi mahasiswa baru FH Undip 2011. Orangtua saya khususnya Ibu sangat senang mendengar kabar tersebut. Segala puji bagi Allah SWT.

Hal pertama yang harus dilaksanakan mahasiswa baru adalah mengikuti rangkaian acara Program Penerimaan Mahasiswa Baru selama dua hari di kampus FH Undip Tembalang dan Pleburan.  Di FH Undip saya bertemu teman-teman dari beragam daerah di Indonesia. Dari Dari kota Medan hingga Yogyakarta. Menjadi mahasiswa di kampus negeri  memberikan nuansa baru bagi saya. Disini saya belajar memahami karakter orang lain dan bertoleransi kepada teman-teman yang berbeda budaya. Sebuah atmosfer multikulturalisme berada di kampus negeri, khususnya FH Undip. Saya bersyukur sekali mendapatkan teman baru, wawasan baru, dan pengalaman baru di kampus ini.

Menjadi mahasiswa baru di sebuah kota yang jauh dari kedua orang tua menuntut saya (dan mungkin teman-teman yang lain) untuk belajar hidup mandiri: mengatur keuangan sendiri, menjaga diri sendiri, dan juga bertanggung jawab atas apa yang kita perbuat disini. Orang tua di rumah mengharapkan anak-anaknya belajar dengan baik di universitas hingga sukses menjadi sarjana kelak.

Salah satu dosen di FH Undip pernah berkata dalam sebuah kelas (kurang lebih seperti ini): “mahasiswa itu identik dekat dengan rakyat, ketika rakyat mengalami kesusahan, maka mahasiswa juga harus merasakannya, minimal prihatin.” Ketika kita ditakdirkan menjadi mahasiswa, menurut saya kita harus belajar untuk lebih peduli dan peka terhadap lingkungan di sekitar kita. Sebagai mahasiswa, jangan pernah lelah untuk terus belajar, mencari ilmu, dan menggali kearifan lokal di lingkungan baru kita. Prinsip saya adalah harus mendapatkan ilmu baik di kampus dan juga kehidupan di luar kampus (masyarakat).

Menjadi mahasiswa baru adalah anugerah dari Tuhan buat saya: masih bisa melanjutkan pendidikan di tingkat universitas. Mungkin salah satu cara bersyukur saya atas anugerah ini adalah dengan belajar dengan tekun sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada kedua orang tua yang membiayai saya kuliah.


-- Husni Mubarak di Semarang, 27 September 2011

Jakarta: Kenangan-Kenangan Sebuah Kota

Sudah sekitar seminggu saya menjalani kehidupan baru di kota Semarang, sebuah kota yang terletak di pesisir Pantai Utara Laut Jawa, sama seperti Jakarta. Sabtu pagi (10/7) saya berangkat ke Semarang naik kereta api kelas bisnis Fajar Utama Semarang jurusan Stasiun Pasar Senen - Stasiun Tawang. Ketika Anda naik kereta api dari Stasiun Senen pasti akan melewati pemukiman kumuh dan pasar yang letaknya di sekitar bantaran rel dari Senen menuju Jatinegara. Inilah salah satu sudut pemandangan pagi di Jakarta: yang tak manusiawi. Salah satu potret kemiskinan di kota yang disebut: megapolitan. 
         
Dibalik megahnya gedung-gedung perkantoran di Jalan Thamrin-Sudirman atau mewahnya rumah-rumah di Menteng atau Pondok Indah, masih terdapat rumah-rumah gubuk di sudut lain dalam kota ini -- seperti di dekat Stasiun Pasar Senen tersebut dan saya kira masih banyak lagi di Jakarta.
         
Hal diatas masih gambaran kecil tentang kota ini, karena masih terdapat sisi lain yang lebih kompleks. Sebagai Ibukota negara, Jakarta dikenal menjadi pusat pemerintahan bahkan juga pusat bisnis di Indonesia. Banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia mengadu nasib di kota ini: mengira Jakarta bisa memberikan kehidupan yang layak untuk mereka. Banyak yang sukses bekerja disini, tetapi tak sedikit yang kecewa dengan kerasnya kota ini. Jakarta sering memberikan harapan-harapan palsu yang ditampilkan dalam bentuk sinetron-sinetron di televisi. Sinetron memberikan kecenderungan bahwa Jakarta identik dengan gaya hidup yang borjuis dan hedonis -- hal ini memikat pemuda desa lari ke kota dan terciptanya urbanisasi.
          
Jakarta kota besar dengan jumlah penduduk yang sangat padat: jutaan jiwa. Penduduk Jakarta heterogen: asalnya dari berbagai daerah di Indonesia. Kearifan kota ini terdapat dari kemajemukan penduduknya. Sebuah entitas budaya yang menarik. Di dalam perbedaan penduduknya tersebut, Jakarta memberikan ruang untuk hidup bersama dengan damai di dalam masyarakat yang multikultur. 
          
Kota ini bagi saya adalah kenangan yang takkan terlupa. Saya dilahirkan dan dibesarkan di Jakarta dalam kurun waktu sekitar 19 tahun ini. Teringat ketika kecil dulu bermain sepakbola bersama teman-teman di lorong gang sekitar rumah, bukan di lapangan. Dalam kerasnya kehidupan Jakarta, masih terdapat bocah-bocah atau anak kecil yang riang gembira ketika bermain di taman kota atau mungkin di pemukiman padat penduduk -- ketika lahan terbuka hijau sangat minim di kota ini.
         
 Zaman saya SMP dulu, setiap hari berangkat dengan angkutan umum Metro Mini --transportasi publik berbentuk minibus warna oranye yang betuknya tidak pernah berubah sejak dulu-- yang saat ini sudah sangatlah tua dan tidak nyaman lagi. Permasalahan Jakarta terletak pada sistem transportasi kota yang kurang ideal. Mempunyai transportasi publik yang nyaman, aman, dan bersifat massal adalah mimpi besar kota ini. Saat ini hanya ada Bis Transjakarta atau dikenal sebutan Busway -- karena memiliki jalur khusus sendiri.
          
Kemacetan menjadi rutinitas di Jakarta. Disaat moda transportasi publik yang nyaman belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta keseluruhan, menggunakan kendaraan pribadi saat pergi ke kantor atau sekolah adalah pilihan yang banyak digunakan masyarakat. Jadi, tak heran kemacetan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kota ini. 
          
Saya tidak bisa menyalahkan: "salah siapa ini?" karena saya juga seorang pengendara sepeda motor di kota ini -yang berarti menyumbang kemacetan pula- walaupun sekali-sekali saya bepergian menggunakan transportasi umum. Menjadi impian saya adalah ketika kota yang saya cintai ini memiliki transportasi publik yang nyaman dan keren serta dapat mengangkut orang banyak lalu terhubung satu sama lain: Bis Transjakarta - Subway Train - Monorail - dan Bis Kota ataupun Minibus seperti Metro Mini dan Kopaja yang ber-AC sebagai feeder transportasi publik utama.
          
Jakarta dikenal sebagai kota yang memiliki sejarah panjang. Jakarta adalah kota tua yang sudah berumur 484 tahun. Kota ini masih eksis hingga sekarang: Dari masih bernama Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia, dan saat ini Jakarta. Saya mencintai kota ini dengan gedung-gedung tua dan bersejarahnya. Di Tanjung Priok terdapat stasiun yang masih kekar berdiri bergaya arsitektur Belanda, begitu juga dengan Stasiun "Beos" Kota. Masih di daerah Kota kita bisa menemukan Museum Sejarah Jakarta (Fatahillah) yang dulunya dipakai sebagai Balai Kota zaman Hindia Belanda. 
        
 Secara historis, Jakarta juga menjadi saksi bagaimana Presiden Soekarno mencanangkan ide proyek mercusuar saat masa Demokrasi Terpimpin sekitar tahun 60-an. Dibangun komplek olahraga megah di zamannya: Gelora Bung Karno yang digunakan untuk Asian Games 1962 dan Ganefo. Lalu ada gedung DPR/MPR yang berada di Senayan saat ini -- dulu direncanakan sebagai gedung Conference NEFO (New Emerging Forces). Hotel Indonesia juga adalah satu bangunan bersejarah dan gedung tertinggi di zamannya kala itu. Tak lupa Monumen Nasional (Monas) dan Masjid Istiqlal yang artinya merdeka.
          
Menurut saya, kota yang sehat  adalah kota dimana gedung-gedung tua dan bersejarah itu dirawat dengan baik sebagai tanda kenangan peradaban. Karena Prof Eko Budihardjo -Guru Besar Arsitektur Undip- mengatakan: "A City without old buildings is just like a man without memory".
          
Jiwa seni budaya harus terdapat dalam suatu kota agar "ruh kejiwaan" kota tersebut bertambah hidup. Ditengah kebisingan kota dan kesibukan kaum urban, masih terdapat sebuah tempat menarik di Jakarta dengan ragam wacana kebudayaan: Taman Ismail Marzuki, Gedung Kesenian Jakarta, dan Teater Salihara (masih banyak lagi gedung serupa). Ditengah kemacetan lalu lintas Jakarta atau kepadatan penduduk, kesenian dan kebudayaan menjadi alternatif bagi masyarakat untuk melepas penat.
           
Selain kesenian dan kebudayaan, sepakbola juga ciri khas dari kota ini. Di Jakarta terdapat dua tim sepakbola besar dengan pendukung yang fanatik: Persija Jakarta dan Persitara Jakarta Utara. Selain itu, setiap kali ada Timnas Indonesia bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno, sangat banyak penonton yang hadir disana. Hal tersebut menunjukkan animo yang besar dari sebagian masyarakat Jakarta terhadap sepakbola.
           
 Jakarta bagi saya adalah kota yang unik ketika kesibukan sebagai "ruang kerja" masyarakat berdampingan dengan masalah transportasi dan tata kota Jakarta. Juga ruh-ruh kebudayaan, kesenian, dan olahraga serta nilai historis kota ini. Jakarta telah melekat di hati saya walaupun saat ini berada di Semarang untuk melanjutkan studi (Insya Allah kurang lebih selama 4 tahun). Dari Semarang saya takkan melupakan Jakarta: kota yang penuh kenangan.
            
Mungkin suatu saat nanti saya akan kembali ke kota ini, yang penuh romansa kenangan.
            
Band Koes Ploes pernah membuat lirik: 


Ke Jakarta aku kan kembali, walaupun apa yang terjadi.


Semarang, 17 September 2011




--Husni Mubarak















Wajah Hukum di Indonesia: Keadilan dan Kebahagiaan yang Belum Terwujud


Oleh: Husni Mubarak

“Bahwa tujuan akhir bernegara hukum adalah untuk menjadikan kehidupan rakyat dan bangsa ini bahagia,” – Prof.Dr.Satjipto Rahardjo, S.H

Sepenggal kutipan diatas dari Guru Besar Sosiologi Hukum Undip ini memang tertuju untuk sebuah negara yang hari ini berulang tahun ke-66, yaitu Republik Indonesia. Negara ini memang dicita-citakan sebagai negara hukum atau rechtstaat bukan negara berdasarkan kekuasaan. Jadi sudah jelas bahwa di semua bidang kehidupan di Indonesia itu diatur oleh hukum. Namun, pertanyaannya: Apakah aturan hukum di negeri ini sudah bisa membuat rakyat bahagia? Sesuai kutipan Profesor Satjipto Rahardjo diatas.

Menurut saya yang masih awam hukum karena masih menyandang status sebagai mahasiswa baru Fakultas Hukum – yang notabene belum belajar Ilmu Hukum – sistem hukum di Indonesia ini lengkap dari hukum pidana sampai hukum tata negara dilihat dari perangkat penegak hukum di Indonesia seperti lembaga peradilan, polisi, dan kejaksaan. Bahkan di era reformasi terdapat lembaga hukum yang baru seperti Mahkamah Konstitusi (MK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan juga Komisi Yudisial (KY). Seharusnya Indonesia menjadi negara hebat di bidang hukum dan keputusan hukum kita harus berdasarkan keadilan yang membuat masyarakat bahagia.

Jika kita ibaratkan hukum seperti bentuk wajah maka wajah hukum di Indonesia itu sangatlah lengkap, dia mempunyai mata, hidung, dan mulut, tetapi masih ada saja luka dan goresan dalam wajah tersebut. Ini artinya bahwa sistem hukum di Indonesia sudah sangatlah lengkap tetapi pada kenyataannya sering terjadi penyelewangan hukum yang membuat citra hukum itu menjadi rusak.

Korupsi yang semakin merajalela di Indonesia tidak hanya terjadi kepada pejabat negara ataupun politisi, sekarang ini sudah merambat pula kepada para penegak hukum yang mendapatkan suap dari para koruptor agar nantinya vonis hukum menjadi ringan atau bahkan menjadi bebas.

Beberapa tahun terakhir terdapat banyak kasus yang berkaitan erat dengan tindak pidana korupsi seperti kasus penyuapan jaksa Urip Tri Gunawan, kasus mafia hukum, kasus Gayus Tambunan, hingga yang terakhir sekarang ini yaitu kasus mafia anggaran Nazaruddin – yg sedang dijalankan proses hukumnya – dan mungkin masih banyak lagi kasus hukum serupa di Indonesia tetapi penegakan hukum terhadap kasus tersebut terkadang lemah. Bahkan seorang Gayus Tambunan ketika masih menjadi tersangka bisa saja kabur dari rumah tahanan untuk pergi ke Bali dan Luar Negeri.

Di sisi lain, keadilan hukum tampaknya belum seluruhnya tercapai karena terdapat ketimpangan keadilan hukum di Indonesia. Contohnya bisa kita lihat dari pemberitaan media dua tahun yang lalu: kasus yang menjerat rakyat kecil seperti kasus Mbok Minah (2009) yang dituduh mencuri 3 buah kakao yang jatuh dari pohonnya dan diancam hukuman penjara. Menurut hati nurani kita, mungkin kasus tersebut tidak perlu sampai diperkarakan di pengadilan, tetapi fakta hukum berkata lain.
           
Beda koruptor beda Mbok Minah, terkadang para koruptor masih aman-aman saja di Indonesia -- tanpa proses hukum atau mungkin bisa kabur ke luar negeri, sedangkan nasib orang-orang kecil seperti Mbok Minah dirampas haknya. Ironis. Mungkin benar ungkapan masyarakat luas terhadap penegakan hukum di Indonesia: “yang kuat yang akan menang karena banyak uang,” sungguh miris kita mendengarnya.
  
Tidak bisa dipungkiri, realita wajah hukum di Indonesia memang seperti ini, keadilan terkadang sulit tercipta. Padahal, tujuan mulia hukum sebenarnya adalah untuk kepentingan manusia. Hukum juga bertujuan untuk membuat ketertiban masyarakat melalui proses yang berkeadilan. Meminjam pernyataan Profesor Satjipto Rahardjo: “hukum harus digali dengan upaya-upaya progresif untuk menggapai terang cahaya kebenaran dan menggapai keadilan.”

Kita tidak perlu putus asa melihat kenyataan ini, karena harapan itu masih ada selagi Republik ini masih berdiri. Harapan untuk memperbaiki hukum di Indonesia. Harapan untuk menyongsong keadilan di Indonesia agar rakyat bahagia.

Wajah hukum Indonesia mungkin masih banyak luka disana-sini, tetapi semangat kita – sebagai mahasiswa baru hukum-- untuk memoles kembali wajah yang luka tersebut di masa mendatang masih tetap menyala.

Indonesia sebagai negara hukum yang berumur 66 tahun ini kemungkinan masih bisa berbenah diri di bidang hukum. Tetap optimis karena perjuangan belum selesai.  Terakhir saya mengutip kembali kalimat dari Profesor Satjipto Rahardjo kembali:
           
“Marilah dengan semangat bangun dari keterpurukan hukum sekarang ini, kita membangun kembali hukum Indonesia dengan suatu penegasan filsafat baru, bahwa hukum hendaknya memberikan kebahagiaan kepada rakyat.”

Daftar Pustaka:
Rahardjo, Satjipto. Penegakan Hukum Progresif. Jakarta: Kompas. 2010

Jakarta, 17 Agustus 2011

*Tulisan ini adalah tugas Penerimaan Mahasiswa Baru Fakultas Hukum Universitas Diponegoro 2011


Pra Piala Dunia: Indonesia vs Turkmenistan

Kalian yang baca postingan ini pasti tahu kan hari kamis kemarin tanggal 28 Juli 2011 ada apaan? Kalo di rumah punya televisi dan suka sepakbola pasti tahu deh. Tidak harus menyukai sepakbola sih supaya tahu, hehe. Setidaknya bagi yang merasa dirinya bagian dari warga negara Republik Indonesia, Insya Allah tahu deh ada apa. :)

Iya tanggal 28 Juli 2011 ada pertandingan sepakbola di Jakarta dan ini bukan sekedar pertandingan biasa. Hari itu disaksikan puluhan ribu pentonton di stadion dan jutaan penduduk Indonesia di layar kaca. Saya, kamu dan, mereka menyaksikan tim kebanggan kita: Timnas "Garuda" Indonesia bermain malam itu. Juga bukan sembarang bermain, tetapi memperebutkan sebuah "tiket" ke babak selanjutnya dalam ajang Kualifikasi Pra Piala Dunia (PPD) Brazil 2014.

Malam itu (28/7), lawan Timnas adalah tim asal Asia Tengah, yaitu Turkmenistan. Sebelumnya Indonesia berhasil menahan imbang 1-1 pada leg pertama di negara lawan. Di Jakarta, tepatnya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Alhamdulillah sekali Indonesia mampu kalahkan Turkmenistan dengan skor 4-3. Dua gol dari "El-Loco" Gonzales dan masing-masing satu gol dari Nasuha dan M.Ridwan adalah hasil yang luar biasa dari Timnas. Anda bisa lihat sendiri betapa indahnya gol dari Nasuha dan juga saya takjub dengan performa Boas dan Bustomi malam itu. Walaupun, di babak kedua lini belakang kita kecolongan tiga gol. Namun, harus di apresiasi itu Timnas punya prestasi. hehe

Kebetulan saya mendapatkan kesempatan "bersejarah" ini untuk menonton langsung di SUGBK. Luar biasa animo masyarakat terhadap timnas tidak menurun setelah gagal juara Piala AFF 2010 silam. Hampir seluruh tribun saya lihat terisi penuh. Sangat baik untuk dipertahankan animo masyarakat seperti ini.

Intinya sedikit saja: Kita --warga Indonesia baik yang suka sepakbola atau tidak-- patut senang karena Indonesia lolos ke babak selanjutnya. Karena ini suatu kebanggan juga buat bangsa. Namun, perlu diingat bahwa perjalanan masih panjang dan amat sangat berat karena kita akan bertemu satu grup dengan negara: Iran, Bahrain, dan Qatar, tim-tim dari Timur Tengah. Mumpung bulan Ramadhan, kita berharap dan berdoa saja, semoga Timnas Indonesia mampu lolos hingga sampai ke Brazil 2014, biar tahun itu ada acara alternatif buat Indonesia selain Pemilu yang itu-itu aja. hehe. Semoga terwujud Indonesia!

Oiya saya tidak ingin berlama-lama menulis disini, selain karena sedang malas menulis, takut juga Anda yang baca tulisan saya ini jadi bosan nantinya karena terlalu panjang atau tidak suka sepakbola. hehe

Kalo begitu, saya sertakan saja foto-foto pertandingan Timnas (28/7) kemarin ya yang sebagian saya foto dari tribun selatan sektor 18 atau 19:



















Posting blog ini dibuat sebaik-baiknya di Jakarta, 5 Agustus 2011 menjelang sahur.

Husni Mubarak
Twitter: @HMmubarak

Java Rockingland 2011

Java Rockingland (JRL) 2011 resmi digelar: Tanggal 22-24 Juli 2011 kemarin di Pantai Karnaval, Ancol, Jakarta Utara.  Akhirnya saya bisa menyaksikan pagelaran festival rock terbesar di Asia Tenggara itu untuk pertama kalinya. Saya datang ke acara itu di hari pertama, Jumat 22 Juli 2011.

Pertama kali juga dalam hidup saya pergi nonton festival atau konser musik sendirian, tidak ada teman dari rumah. Namun, untung saja ketemu teman SMP saya disana secara tidak disengaja. Berangkat dari rumah sekitar jam lima sore dan sampai disana hampir waktu maghrib. Rumah saya memang tidak terlalu jauh dengan venue acara, sekitar 45 menit perjalanan naik motor.

Sampai parkiran motor Pantai Karnaval langsung disambut oleh calo-calo tiket, hehe.

"Mas kurang tiket tidak?," tanya calo tiket tersebut. Saya jawab saja
"Sudah punya tiket pak," dia jawab kembali "Cuma 200 ribu aja mas," Lalu saya berjalan santai menuju pintu masuk venue.

Saya berpikir harga tiket di calo lebih murah dari harga tiket di ticket box saat pertunjukan berlangsung yang mencapai 550 ribu. Saya sendiri sih beli student price sebulan sebelum acara dengan harga 220 ribu termasuk pajak 10 persen.

Setelah itu saya masuk ke area festival dan langsung cari mushola -susah sekali mencarinya- untuk menunaikan sholat Maghrib. Saat sholat, konsentrasi terpecah karena terdengar hentakan suara musik dari Pas Band yang letak panggugnya dekat dengan mushola tersebut. hehe

Selesai sholat lari deh ke main stage untuk menyaksikan Pas Band -- salah satu alasan saya nonton JRL hari Jumat ya karena ingin menonton mereka. Ya pada saat melihat Pas Band inilah saya bertemu teman SMP namanya Harzian, dia bersama teman SMAnya, tetapi saat bertemu saya dia sendirian.

Oke, Pas Band keren sekali dan sangat rock pada malam itu. Mereka tidak sendiri, ada beberapa bintang tamu yang mereka bawa diantaranya: Baron -ex gitaris Gigi- dan gitaris dari Saint Loco, saya tidak tahu namanya. Pertama kali saya menonton mereka, dan saya agak terhipnotis. haha. Lagu yang mereka bawakan dan saya ketahui hanya tiga lagu terakhir: Kesepian Kita, Impresi, dan Jengah. Di lagu terakhir kolaborasi dengan Baron.

Jam 7 malam lewat penampilan Pas Band selesai, saya pindah stage menuju Simpati Stage untuk melihat penampilan band idola saya semasa sekolah dasar dulu: Sheila on 7.
Mereka sudah lama tak terdengar kiprahnya di blantika musik Indonesia, tetapi saat ini punya album terbaru: Berlayar. Malam itu saya puas sekali menonton Sheila on 7 yang kedua kalinya -- yang pertama sudah lama sekali.

Sheila on 7 tampil on fire malam itu. Tembang-tembang lama mereka seperti Sahabat Sejati, Itu Aku, Melompat Lebih Tinggi, Jadikan Aku Pacarmu, Seberapa Pantas dibawakan malam itu. Penonton nyanyi bersama dari awal hingga akhir. Penampilan mereka mengingatkan saya ketika masa sekolah dasar ketika mulai mendengarkan lagu-lagu mereka. Erros sang gitaris juga berimprovisasi memainkan gitar solo bergaya Blues. Takjub saya! haha.

Kelar Sheila on 7, di panggung utama ada band Indie Rock asal Amerika Serikat, We Are Scientist. Musik mereka keren sih sekelas MGMT atau Vampire Weekend -- tetapi saya lebih suka Vampire Weekend. Saya tidak terlalu lama melihat mereka manggung, hanya sekilas saja. Saya memilih untuk makan dan sholat Isya. hehe

Sekitar jam 21.45 ada band keren asal Inggris: Blood Red Shoes. Personil mereka hanya dua orang: Steven Ansell, bermain drum merangkap vokalis, dan satu lagi perempuan bernama Laura Carter sebagai gitaris dan vokalis. Sound gitar mereka luar biasa dan yang membuat saya terkesima juga energi dari penggebuk drum yang sekaligus beryanyi untuk semua lagu. Lagu terkenal dari mereka: Light It Up dan I Wish I Was Someone Better. Silahkan cari di Youtube. :D

Saya menonton Blood Red Shoes hanya sampai jam 22.30, setelah itu saya menuju Dome Stage untuk melihat band Netral yang sudah tampil dari jam 22.00. Tak sesuai yang saya bayangkan, penonton yang menyaksikan Netral sangat banyak hingga berdesakan dalam ruangan tersebut -- satu-satunya panggung di JRL yang berada di Indoor. Karena tidak menonton dari awal, alhasil saya hanya bisa melihat mereka menyanyikan lagu: Pertempuran Hati, Cinta Gila, Lintang, dan Garuda di Dadaku. Satu kata dari saya untuk mereka: KEREN! Koor masal penonton membahana di dalam Dome Stage.

Nah sekarang giliran band yang sejak awal ditunggu-tunggu oleh saya dan mungkin orang lain juga: Thirty Seconds To Mars. Seharusnya jadwal awal mereka tampil jam 23.00 tetapi saya tidak tahu mengapa ada keterlambatan jadwal menjadi jam 00.45 yang katanya sih ada dua personil mereka yang telat ke Jakarta. haha. Entahlah saya tidak tahu pasti penyebab keterlambatan teknis ini. Yang jelas, saya dan teman saya si Harzian menunggu selama 1 jam 45 menit di samping barikade atau pagar pembatas yang ada di tengah dekat FOH (Front of House), tempat teknisi tata cahaya panggung.

Oke akhirnya Thirty Seconds To Mars (30 STM)muncul juga sekitar jam 00.30 lewat. Sebelum mereka tampil, seluruh penonton menyanyikan bersama lagu kebangsaan Indonesia Raya. Saya sebenarnya bukan seorang fans fanatik dari 30 STM, tetapi saya suka musik mereka: Alternative Rock.

Menakjubkan sekali konser mereka, karena konsepnya bagus sekali menurut saya. Tata cahaya panggung yang sangat oke, crowd penonton yang dahsyat, dan aksi panggung Jared Leto yang "menghipnotis" penonton. Ditengah-tengah konser juga dikeluarkan balon dengan ukuran lumayan besar dan jumlahnya banyak tentunya dari panggung ke penonton.

Lagu-lagu yang mereka nyanyikan mayoritas diambil dari album terakhir: This Is War seperti: Vox Populi, Search and Destroy, Alibi, Hurricane, This is War, Closer To The Edge dan Kings and Queens. Ada juga lagu dari album terdahulu yang dibawakan seperti Beautiful Lie atau From Yesterday.
Saya sangat takjub, fans fanatik mereka yang hafal hampir semua lirik lagu mereka jumlahnya saat banyak. Malam itu semua refrain dinyanyikan penonton bukan Jared Leto, saya kira seperti karaoke masal dalam konser. :P

Satu hal yg membuat kurang oke dari konser malam itu: Jared Leto "kebanyakan omong" di setiap lagu, tetapi dia ngomong aja tetap keren dan penonton terhipnotis. Hahaha gokil.

Pada lagu terakhir: Kings and Queens, sebagian penonton diizinkan untuk naik ke atas panggung termasuk teman saya, Harzihan untuk menjadi backing vocal di lagu tersebut. How lucky he is!

Akhirnya konser atau festival musik rock keren itu selesai sekitar jam dua malam yang ditutup dari penampilan 30 STM.

Menurut saya: Konser 30 STM ini adalah konser yang paling keren dari semua konser yang pernah saya tonton selama ini. 

Bisa dibayangkan kerennya seperti apa. hehe :)

Keluar dari tempat parkir yang macet sekitar pukul setengah tiga bersama Harzian dan tiba-tiba dia menganter seorang bule yang ditinggal temannya. Nanti akan saya cerita di posting selanjutnya.

Akhirnya saya pulang sendirian melewati jalan sepi antara Ancol - Tanjung Priok naik motor sebatang kara dan hanya  ditemani kendaraan truck dan container di pagi buta sebelum shubuh dan Alhamdulillah selamat sampai rumah pukul 03.30. hehe. :)

JRL 2011 dan 30 STM sangat mengesankan buat saya! Demikian.

Catatan dari saya:

1. Mushola di JRL lokasinya kurang strategis, mungkin banyak yang tidak tahu keberadaannya.
2. Band lokal yang dahsyat pertama ya Sheila on 7, disusul Netral dan Pas Band -menurut saya- sayang saya tidak menonton Naif. Tolong dipertahankan band-band keren ini di JRL tahun depan.
3. Blood Red Shoes itu gokil banget, berdua doang tapi musiknya keren sangat.
4. 30 STM tidak usah ditanya lagi ya betapa kerennya. :p
5. Semoga tahun depan band favorit saya: Weezer atau Radiohead manggung di JRL 2011. AMIN.

Catatan Khusus: Oiya nih ada foto yang saya ambil dari website Thirty Seconds To Mars:


Ditulis di Jakarta

Senin, 25 Juli 2011