Kamar Gelap


“yang kau jerat adalah riwayat, tidak punah jadi sejarah, yang bicara adalah cahayadikonstruksi dikomposisi, padam semua lampu semua lampu.”


Oleh : Husni Mubarak


Judul diatas adalah sama sekali bukan bercerita tentang kamar yang gelap, sungguh bukan. Jika anda mengira judul tulisan diatas bercerita tentang kamar yang gelap, maka hapuskanlah dulu dari benak pikiran anda tentang sebuah kamar yang gelap. Disini saya ingin bercerita tentang ‘Kamar Gelap’ dalam artian sebuah album berkualitas dari band Indie Pop asal Jakarta yang bernama Efek Rumah Kaca (ERK) .


Penggalan kalimat diatas adalah sebuah syair lagu ‘Kamar Gelap’ yang terdapat dalam album ‘Kamar Gelap’ . Pertama kali saya mendengar lagu ini dan membaca lirik-nya, jujur saya sungguh bingung akan maknanya. Saya bingung akan hubungan antara judul dengan liriknya dan akirnya saya pun mengerti bahwa lagu ini bercerita tentang fotografi menurut tafsiran saya. Mengapa saya tafsirkan sebagai lagu bertema fotografi ? pertama, salah seorang personilnya ada yang gemar dengan kegiatan fotografi dan kedua kita bisa melihat dari sepenggal lirik “jangan kabur berjamur segala negatif menuju positi kekal” . Saya tafsirkan disini bahwa lirik tersebut merupakan suatu pengharapan agar hasil jepretan kamera tidak kabur atau berbayang. Lalu esensi dari kemera film adalah sebuah perubahan dari film negatif menuju film yang positif walaupun tak menutup kemungkinan lirik itu bisa saja ditafsirkan sebagai proses perpindahan dalam kehidupan yang notabene segala sesuatu yang negatif bisa saja berubah menjadi positif. Mereka (ERK) memang pandai dalam membuat lirik yang mempunyai makna tersirat dan dan hal ini yang menjadikan ERK dipandang sebagai band cerdas yang menjadi pionir “revolusi lirik”.


Satu tahun sudah album ini dirilis tepatnya tanggal 19 Desember 2008 yang lalu, setahun silam. Hanya dengan setahun setelah album ini dirilis di pasaran namun sungguh besar apresiasi yang diberikan dari penikmat musik itu sendiri. Berbagai ulasan tentang album ini seperti ulasan dari Arian 13 (Vokalis Seringai) di apokalip.com atau ulasan dari Ciptadi Sukono yang berjudul Kamar Gelap: Album Kedua Band "Penyelamat Musik Indonesia" menambah deretan panjang orang-orang yang memuji album ini. Jujur saya akui, memang pantas jika seandainya album ‘kamar gelap’ ini menjadi album terbaik di tahun 2009 ini.


EFEK RUMAH KACA DAN KAMAR GELAP


Efek Rumah Kaca sendiri adalah Band trio Pop Indie asal Jakarta beranggotakan Cholil Mahmud (Gitar dan Vokal) , Adrian Yunan Faisal (Bass dan vokal latar) dan Akbar (Drum) yang terbentuk pada tahun 2001 dengan nama awal Hush. Setelah terjadi pergantian nama grup beberapa kali dan akhirnya tahun 2005 band tersebut mengubah namanya menjadi Efek Rumah Kaca hingga sekarang.


Filosofi bermusik ERK adalah edukatif yang ‘mencerahkan’ dimana dari setiap bait-bait yang terdapat dalam lagu-lagu mereka, tersimpan sebuah makna yang mendalam dan keunikan-nya adalah kita diajak untuk berfikir ‘menyelami’ makna dibalik bait-bait tersebut. Saya akui lirik-lirik ERK memang mencerdaskan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan terkadang untuk mengerti, kita dipaksa untuk ”mencerna” bait demi bait yang mereka ciptakan. Sebagai contoh lirik yang ada dalam lagu ‘Jangan Bakar Buku’.


Kata demi kata mengantarkan fantasi

Habis sudah, habis sudah

Bait demi bait pemicu anestasi

Hangus sudah, hangus sudah


‘Kamar Gelap’ adalah nama album kedua dari ERK yang sebelumnya pada tahun 2007 telah merilis album debut mereka dengan title ‘Efek Rumah Kaca’ . Di album ‘Kamar Gelap’ciri khas band ERK yang mengusung lagu-lagu bertemakan politik, sosial, lingkungan dan juga kehidupan sehari-hari masih terasa seperti di album pertama. Bahkan, di album ini ERK benar-benar memotret realita zaman yang ada disekitar seperti lagu ‘Kenakalan Remaja di Era Informatika’ yang menggambarkan masalah pornografi di lingkungan remaja saat ini. Mereka ingin menjadi band tanda zaman yang menghasilkan lagu-lagu yang dipotret dari realita yang ada saat ini. Simaklah sepenggal lirik ini.


senang mengabadikan tubuh yang tak berhalang

padahal hanya iseng belaka

ketika birahi yang juara, etika menguap entah kemana

Oh nafsu menderu deru, bikin malu...
oh nafsu menderu deru, susah maju...


Di album ini terdapat sekitar 12 lagu yang dimulai dengan lagu ‘Tubuhmu Membiru…Tragis’ lalu seterusnya ada lagu ‘Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa’ , ‘Mosi Tidak Percaya’ , ‘Lagu Kesepian’, ‘Hujan Jangan Marah’, ‘Kenakalan Remaja di Era Informatika’, ‘Menjadi Indonesia’, ‘Kamar Gelap’, ‘Jangan Bakar Buku’, ‘Banyak Asap Disana’, ‘Laki-Laki Pemalu’ dan terakhir ada lagu ‘Balerina’ di nomor 12.


Lagu-lagu yang ada di album ini kebanyakan bercerita tentang sisi gelap seperti dalam lagu ‘Tubuhmu Membiru….Tragis’ dengan melodi gitar dari Cholil Mahmud yang melengking, lagu ini berkisah tentang seseorang yang terus berhalusinasi dan akhirnya terjatuh lalu mati tragis tetapi lagu ini sangat indah untuk didengar. Lagu yang berbicara tentang sisi gelap adalah lagu ‘Kenakalan Remaja di Era Informatika’ yang sebagian liriknya telah diuraikan diatas. Tak lupa, lagu berjudul ‘Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa’ yang seakan-akan menggambarkan tentang pemaksaan kehendak.


kau belah dadaku mengganti isinya

dihisap pikiranku memori terhapus

terkunci mulutku menjeritkan pahit…


Selanjutnya tema lagu yang disinggung dalam album ini adalah berkaitan dengan masalah urban (perkotaan) dan juga lingkungan. Jika di album sebelumnya ada lagu berjudul ‘Belanja Terus Sampai Mati’ yang berkisah tentang budaya konsumerisme dalam masyarakat urban, di album ini hadir ‘Banyak Asap Disana’. Sebuah lagu yang merepresentasikan para pemuda-pemudi dari desa yang merantau ke perkotaan untuk mencari kehidupan yang lebih layak dan akhirnya berbuah kesengsaraan. “menanam tak bisa, menangis pun sama, gantung cita cita di tepian kota” . Polemik penduduk di daerah urban yang begitu kompleks membuat jarang lagi kita menemukan taman-taman hijau dalam kota. Alhasil, banjir-pun menjadi masalah baru di perkotaan dan muncullah lagu ‘Hujan Jangan Marah’ yang mengisyaratkan masalah tersebut. “Melemah dan melemah. Hujan, hujan jangan marah”


Dari segi komposisi musik, Album ‘Kamar Gelap’ memang lengkap dimana terdapat lagu bertempo pelan denga nuansa kesedihan tetapi ada pula lagu dengan nada-nada yang ceria. Sebut saja ‘Jangan Bakar Buku’ yang pelan tetapi mengeskpresikan kemarahan ,‘Lagu Kesepian’ yang hening membuat merinding ataupun “Laki-Laki Pemalu’ yang sangat Jazzy. Namun ada pula lagu seperti ‘Balerina’ yang semangat dan ceria. Balerina sendiri menurut saya adalah lagu yang benar-benar segar dan inspiratif walaupun isi lagu ini berkisah tentang penari balet. Dengan nada-nada yang ceria, lagu ini dianjurkan untuk didengar oleh orang yang sedang bersedih. Lagu ini Inspiratif karena sang pencipta lagu ingin hidup seperti “seorang balerina” yang seimbang. Jadi intinya bahwa manusia itu harus hidup berdasarkan proporsionalitas (keseimbangan) dalam segi apapun.


MUATAN POLITIS HINGGA PATRIOTIS


ERK memang merupakan sebuah band yang peduli terhadap masalah sosial politik yang terjadi di negeri ini dengan melibatkan diri dalam komunitas yang mendukung aksi pemberantasan korupsi dan juga penegakkan keadilan. Lagu-lagu mereka banyak yang bermuatan politis seperti dalam lagu ‘Mosi Tidak Percaya’ , sebuah lagu dimana ketidakpercayaan diproklamirkan untuk para elit maupun pejabat di negeri ini yang selalu ingkar akan janji-janji yang dibuat sendiri.


kamu ciderai janji, luka belum terobati

kami tak mau dibeli, kami tak bisa dibeli
janjimu pelan pelan akan menelanmu

ini mosi tidak percaya, jangan anggap kami tak berdaya


Lagu “Menjadi Indonesia” merupakan lagu yang saya suka setelah lagu “Kamar Gelap” itu sendiri. Lagu ini sungguh patriotis tetapi sekali lagi saya katakan maknanya tersirat. Memang ERK berupaya menyuguhkan lagu-lagu yang tak cenderung menggurui tetapi menggugah. Dibalik makna yang tersirat itulah lagu-lagu dari ERK sangat menginspirasi.

lekas,
bangun tidur berkepanjangan
menyatakan mimpimu
cuci muka biar terlihat segar
merapikan wajahmu
masih ada cara menjadi besar


Lirik diatas menggugah kita untuk dapat bangkit ketika sedang berada dalam keterpurukan, begitu pula Indonesia harus segera bangkit. Cuci muka biar terlihat segar menggambarkan sebuah semangat baru setelah bangkit dan masih ada cara menjadi besar adalah proses meraih mimpi-mimpi yang belum terwujud karena harapan itu masih ada.


Sekali lagi saya kira bahwa album ‘Kamar Gelap’ layak dijadikan album Indonesia terbaik di penghujung tahun ini. ERK telah mengispirasi lewat lagu-lagunya dan semoga album ERK selanjutnya masih dapat menginspirasi dan memberikan sumbangsih besar untuk negeri ini dan tetap menjadi “Penyelamat Musik Indonesia”. Selamat 1 tahun album ‘Kamar Gelap’.


“segala negatif menuju positif kekal”


Jakarta, 21 Desember 2009