Para pelajar seantero Indonesia mulai masuk Sekolah kembali setelah libur kira-kira 4 hari dalam rangka Pemilu Legistlatif Republik ini, tepatnya Republik Indonesia yang saya cintai. Saya mengawali hari ini di sekolah dengan rutinitas di hari senin yaitu upacara bendera dan ditutup dengan rapat OSIS dwi-mingguan. Saya tidak akan mengulas kejadian di hari senin ini. Seperti kalimat pada judul, saya akan mengulas kejadian yang berkaitan dengan liburan, Pemilu, dan Masjid agung Sunda Kelapa.
Liburan 4 hari ini cukuplah untuk merefresh kembali tenaga dan pikiran yang terkuras serta rasa jenuh di sekolah dan sehabis ujian. Liburan Pemilu ini lebih banyak saya habiskan di rumah dengan membaca Koran atau nonton berita terkait masalah pemilu Indonesia. Tepat tanggal 9 april 2009, pesta demokrasi Bangsa Indonesia atau yang lazim disebut pemilihan umum dan biasa disingkat dengan pemilu diselenggarakan yang ketiga kali setelah reformasi, atau sekian kalinya yang saya lupa sejak pemilu pertama tahun 1955.
Tanggal 9 april lalu, rakyat Indonesia telah menentukan pilihannya dengan mencontreng salah satu calon anggota legistlatif ( caleg ) pilihan masing-masing sesuai dengan hati nurani mereka sendiri. Mereka inilah yang akan menentukan jalannya legislasi di parlemen selama kurang lebih lima tahun. Rakyat sudah tulus ikut berpartisipasi di dalam pesta demokrasi dengan ikut serat mencontreng di TPS untuk memilih para caleg, akankah para caleg terpilih yang notabene para wakil rakyat ini akan tulus pula memperjuangkan nasib rakyat?? Saya pribadi, berharap para anggota dewan yang terhormat kedepannya akan benar-benar tulus dan konsisten dalam memperjuangkan hak rakyat sebagaimana yang mereka janjikan pada kampanye-kampanye mereka dulu dan menjadikan DPR sebagai lembaga Negara yang bersih dan terhormat.
Hari Jum’at tanggal 10 April 2009, hasil pemilu lewat jalur quick count ( perhitungan cepat ) sudah dimuat di media massa dan cetak dimana hasil suara rakyat untuk legislasi 5 tahun kedepan sudah terlihat hasilnya. Walaupun ini bukan hasil real dari KPU, tetapi ini bisa menjadi barometer atau acuan agar rakyat tau hasilnya secara cepat dan akurat.

Jadi, peristiwa tersebut menjelaskan bahwa masjid adalah rumah semua golongan tanpa membedakan status sosialnya, dari pedagang sampai pejabat negara shalat disini tanpa adanya jurang pemisah. Saya harap, kemesraan rakyat dan pejabat negara yang terjadi seperti di Masjid Sunda Kelapa tadi akan terjadi setelah Pemilu 2009 ini dimana adanya hubungan yang mesra dan inklusif ( terbuka ) antara Rakyat dengan pejabat negara dan juga rakyat dengan para anggota legistlatif terpilih. Jadi, pejabat atau anggota dewan selalu berkomitmen untuk tetap berjuang untuk rakyat dengan ikhlas dan jangan pernah lupa pada rakyat setelah Pemilu karena berkat kepercayaan Rakyat, mereka semua bisa terpilih dan memimpin negeri ini kedepan.
1 comment:
Udah tua juga ini tulisan haha.
Post a Comment